Perlu Air Bersih 13 Ribu Liter per Detik di Jakarta

air bersih


Direktur Utama PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo menyebut DKI Jakarta masih kekurangan pasokan 13 ribu liter air per detik untuk memenuhi pelayanan kebutuhan air minum dan air bersih warga.

Bambang menyebut, per bulan Juni 2021, PAM Jaya memasok 20.725 liter per detik kepada 907 ribu warga. Dia menyebut cakupan layanan air minum atau air bersih di Jakarta saat ini masih sebesar 65 persen dari total kebutuhan.

“Dari ini semua kita masih kekurangan kurang lebih 13000 liter per detik. Karena bagaimanapun juga, saat ini Jakarta dalam cakupan layanan masih 65 persen,” kata Bambang dalam diskusi virtual bertajuk “Pelayanan Merata Air Minum Jakarta, Rabu, 1 September.

Pemerintah memiliki target cakupan layanan air minum terpenuhi 100 persen bagi warga DKI pada tahun 2020. Untuk memenuhi target tersebut, pemerintah memiliki sejumlah inisiatif jangka pendek.

Pertama, pemerintah akan menambah pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) berupa jaringan perpipaan distribusi air dari Waduk Karian dan Jatiluhur.

“Sekitar tahun 2024 nanti akan ada tambahan sekitar 7200 liter per detik dari Karian-Jatiluhur, dalam hal ini adalah untuk pembangunan jaringan distribusi dan jaringan transmisi untuk menangkap 7200 liter per detik itu, kemudian mendistribusikan kepada warga DKI Jakarta yang saat ini belum mendapatkan akses layanan air minum,” jelas Bambang.

Di sisi Pemprov DKI, Bambang menjelaskan pihaknya akan mengerjakan konstruksi di Buaran III, Pesanggrahan, Ciliwung, dam Uprating atau menambah pasokan di Buaran III. Lalu ada juga pengembangan lainnya termasuk SPAM Komunal.

Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan pada tahun 2030 PAM Jaya sudah bisa mencapai cakupan 100 persen dengan kemampuam mengalirkan 33.725 liter per detik.

Untuk menjangkau pemerataan pelayanan kebutuhan air minum, DKI membangun sea water reverse osmosis (SWRO) atau sistem pengubahan air laut menjadi air tawar. Sistem yang mengolah air laut ini diterapkan di Kepulauan Seribu. Saat ini, kata Bambang, sudah ada 9 pulau yang mendapat pelayanan pipa SWRO.

“Air baku di Kepulauan Seribu tidak memungkinkan lagi terus-menerus melakukan ekstraksi air tanah dalam. Sehingga, dibuatlah SWRO untuk memastikan bahwa warga yang ada di Kepulauan Seribu bisa mendapatkan air yang berkualitas,” tutur Bambang.

Tak hanya itu, DKI juga membangun kios air sebagai upaya yang menjamin pasokan air bersih kepada warga, terutama pada wilayah yang belum memiliki jaringan perpipaan, atau warga yang tinggal di lahan sengketa.

Melalui kios air, air minum didistribusikan menggunakan truk yang pengelolaannya dilakukan sendiri oleh warga. Dari kios tersebut, warga membeli air dengan harga yang terjangkau.

“Saat ini PAM Jaya membangun 102 kios air dan akan bertumbuh terus. Ini adalah program sementara, quick win, untuk memastikan bahwa warga DKI Jakarta itu bisa mendapatkan akses pelayanan air minum walaupun itu adalah kebutuhan minimalnya,” pungkasnya.